Diberdayakan oleh Blogger.
 

Selasa, 06 Maret 2012

Kekayaan budaya lampung

9 komentar

Kekayaan budaya lampung

1.Adat pernikahan
Dalam rangka adat pernikahan masarakat lampung masih kental dengan hokum adat tersendiri,dan di antara wilayah-wilayahnya memiliki barbagai perbedaan cara.. namun sebenarnya tujuanya sama yaitu untuk memper erat persaudaraan dan sila turahmi antara kedua pihat keluarga..

Ritual yang di lakukan di antaranya

Tahap Perkenalan

Bila seorang jejaka merasa tertarik pada seorang gadis maka si jejaka tersebut akan mencari cara agar dapat mendekati si gadis. Pada saat acara adatlah di jejaka tersebut bersama keluarganya melakukan nyubuk, yakni menilai apakah gadis tersebut memang sesuai dengan pilihannya. Dengan cara mengintip di balik sarung yang dipakai, apabila gadis tersebut berkenan di hati si jejaka maka keluarganya langsung menanyakan bibit, bobot, dan bebet si gadis atau disebut dengan beulih-ulihan.

 

Tahap Bekado

Tahap bekado adalah jika si pemuda tertarik maka orang tua pemuda itu akan mengirim utusan untuk mendatangi rumah si gadis dengan membawa berbagai barang . itu bertujuan untuk pendekatan di antara ke dua keluarga tersebut.

Dan bila seserahan itu di terima dangan baik maka selanjutnya si gadis sudah bias di katakana sebagai pengantin wanita dan akan segera di lamar..

 

 

Melamar

Dan setelah keduanya saling menyukai maka tibalah saat nunang .

Nunang ialah proses pendekatan kedua keluarga secara resmi  dengan datangnya orang tua si pria dengan membawa oleh-oleh berupa uang,sekapur sirih,dan dodol. Setelah acara nunang selesai maka acara selanjutnua ialah nyurik atau mengikat si gadis. Sebagai tanda bahwa si gadis sudah di tunangkan maka badan si gadis akan di ikat dengan benang yang di lakukan oleh ibu si gadis.

Kemudian selang beberapa hari maka akan diadakan manjau yakni merundingkan hari H. Maka sesuai dengan perundingan sebelumnya, apakah perkawinan akan diadakan dengan cara terang-terangan atau begawi. Begawi adalah pesta adat Lampung pepadun, dengan memotong kerbau di rumah pihak calon pengantin pria atau bisa juga di rumah calon pengantin wanita. Pesta adat ini biasa diadakan oleh kaum bangsawan, disebut dengan munaek suntan berpangkat tinggi dalam adat.

 

 

Upacara Temu Pengantin

Selanjutnya keluarga pihak wanita mengajak calon mempelai wanita ke rumah tunangannya untuk dipertemukan dengan calon mempelai pria. Kemudian juru bicara rombongan pihak pria menyatakan maksud kedatangan mereka ke rumah mempelai wanita. Pada saat pertemuan itu akan diadakan netak aping, kedua belah pihak rombongan memegang sepakat maka kain tersebut dipotong/dibelah tengahnya sebagai pemecah hambatan. Setelah itu pengantin wanita menuju

 

rumah pengantin pria, sesampai di rumah pengantin pria lalu disambut dengan tabuhan talo balak dengan irama gembira dan tembakan meriam serta tarian-tarian.

 Di depan rumah mempelai kedua orangtua dan kerabat terdekat mempelai pria telah menanti untuk menyambut kedatangan kedua mempelai, seorang ibu langsung menaburkan beras yang dicampur kunyit dan uang logam.

Di depan tangga rumah telah disediakan pasu terbuat dari tanah liat yang beralaskan talam kuningan berisi air dan anak pisang batu dan kembang titeu. Kembang titeu ini terdiri dari daun sosor bebek dan kembang sebanyak tujuh rupa. Lalu pengantin wanita mencelupkan kedua kakinya ke dalam pasu yang dimulai dengan kaki kanan lalu kaki kirinya, setelah itu mempelai wanita dibantu mertua wanita bersama mempelai pria naik ke rumah lalu menuju ruang tengah.

Kemudian didudukkan di atas kasur usut yang tengah digelar di depan appai pereppu yakni kamar tidur yang paling besar, biasanya kamar ini diperuntukkan bagi anak yang tertua. Kedua mempelai didudukkan dengan bersila dengan posisi lutut kiri mempelai pria menindih lutut mempelai wanita, bermakna agar kelak mempelai wanita selalu patuh dan setia terhadap suami kelak. Kemudian siger mempelai wanita dibuka dan diganti dengan handuk liling, dilanjutkan dengan acara mosok dan makkuhken inai adek yakni pemberian gelar adat.

Pada saat makkuhken inai adek, istri dari kepala adat memberikan gelar dengan menekan telunjuk tangan kiri di atas dahi kedua mempelai kemudian mengetuk kunci rumah di dahi kedua mempelai sebanyak tujuh kali hitungan lalu menyebutkan gelar apa yang didapatkan kedua mempelai. Acara mosok dan makkuhken inai adek dilakukan oleh ibu atau nenek mempelai pria. Kemudian mempelai pria membuka kalung yang dipakai oleh mempelai wanita lalu dipakaikan pada adik perempuannya agar kelak dimudahkan jodohnya. Kemudian kedua mempelai bangun lalu menebarkan kacang goreng dan permen pada gadis-gadis yang hadir menyaksikan acara tersebut. Seluruh gadis-gadis yang hadir bersama-sama merebut kacang dan permen serta memakannya dengan maksud agar cepat mendapatkan jodoh.

Upacara Pernikahan

Upacara pernikahan diadakan di depan penghulu yang dilanjutkan dengan pesta pernikahan di rumah mempelai pria. Malam harinya keluarga mengadakan pesta menari antara bujang dan gadis yang disebut upacara cangget. Pesta ini berakhir menjelang subuh dengan nedio, yakni menyanyi bersama dan bersahutan pantun antara bujang dan gadis. Esok harinya kedua mempelai melanjutkan upacara dengan pepadon, menaiki semacam tahta hingga 21 tingkat dan untuk setiap tingkat yang mereka naiki keluarga diharuskan menyembilih seekor kerbau. Setelah upacara pepadon usai, kedua pengantin diarak bersama-sama keliling kampung

9 komentar:

  1. seru nih budayanya..hehehe
    Bajunya bagus yah..Lampung keren dah.
    Di Lampung Fair ada gak yah?

    BalasHapus
  2. Sampai sekarnag adat ini masih digunakan?
    bagus banget yah...meriah euy...

    BalasHapus
  3. bajunya bagus yah...
    itu hiasan kepalanya berat gak sih?
    keren banget yah...

    BalasHapus
  4. bagus juga ya ... kepengen liat dr deket nie ...

    BalasHapus
  5. khan di lampung fair ada pameran kebudayaan lampung fair gitu

    BalasHapus
  6. iya ya ke lampung fair tp hari ni terakhir khan ???

    BalasHapus
  7. Kalo hari ini terakhir kudu buru2 dateng deh nihhh..

    BalasHapus
  8. yang kayak gini memang harus tetap dipertahankan ya kan.. hehehe.. btw lampung fairnya terakhir yaa? wahhh bakalan rame bgt nih acaranya..

    BalasHapus
  9. Budaya tradisional kita memang harus tetap dipertahankan ya dan sering2 deh buat acara kayak lampung fair biar pada yg blm pada tau jadi tau semua.

    BalasHapus